Kamis, 23 Agustus 2012

Oleh-oleh Mudik #3: Nopia dan Mino

Nopia merupakan sejenis kue dengan bagian kulit yang kering dengan isian. Nopia mulai diproduksi pada tahun 1880 oleh etnik Tionghoa yang tinggal di Banyumas (Dharmawan, 2010). Nopia memiliki ukuran yang cukup besar, hampir sebesar kepalan tangan. Mino merupakan pengembangan produk nopia, nama mino merupakan kependekan dari mini nopia. Mino berukuran mini/kecil sehingga dapat habis dalam sekali makan. Bentuk mino yang bulat dan menyerupai telur penyu membuat mino sering disebut endog bulus. Gambar nopia dan mino :
Selain dari segi ukuran, pengembangan produk lain dari nopia dan mino adalah cita rasa. Awalnya nopia dan mino hanya memiliki rasa gula merah, saat ini terdapat berbagai pilihan rasa antara lain brambang (bawang), nanas, kacang, durian, pandan, coklat, dan nangka. Nopia dan mino dalam berbagai rasa:
                 Nopia dan mino terdiri atas kulit dan isian. Kulit dibuat dengan cara mencampurkan tepung terigu dengan air lalu diaduk-aduk sampai menjadi adonan. Adonan itu dijadikan bulatan kecil-kecil sebesar ibu jari tangan. Bulatan dipipihkan dengan tangan, di tengahnya diisi gula yang sudah dihancurkan, lalu dibulatkan lagi. Bulatan-bulatan tersebut kemudian dipanggang menggunakan gentong. Bentuknya mirip mangkuk, diletakan di lantai dalam posisi terbalik, bagian atasnya berlubang berlapis tanah dan sekelilingnya ditutup anyaman bambu.

Pemanggangan nopia dan mino tergolong unik karena sebelum digunakan kayu bakar dibakar di dalam gentong. Setelah apinya mati, abu dan bara dikeluarkan. Nopia/mino mentah ditempelkan ke dinding bagian dalam gentong yang panas (bersuhu sekitar 90oC). Nopia/mino dipanggang hingga 30 menit kemudian diambil. Adonan nopia/ mino akan mengembang, dan jika terlalu lama dipanggang adonan dapat meletus. Pemanggangan adonan nopi/mino:
Sumber:
Anonimb. Nopia dan Mino Narwan Banyumas.  Available on-line at: http://duniabanyumas.files.wordpress.com (diakses 1 September 2011).

Dharmawan, L. 2010. Nopia, Getuk Goreng, dan Sejarah Kuliner Banyumas. Media Indonesia: 9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar